Senin, 30 Maret 2015

Me-manage Rasa Kecewa

danbo_sad-Carton_with_the_film_people_Danbo_Wallpaper_mediumPernahkah anda kecewa?
Sering? Pernah? Tidak pernah? Tidak sadar kalau itu kecewa?
Kecewa hadir ketika kenyataan tidak sesuai keinginan, yang didapat tidak sesuai yang diminta.Kecewa suatu hal yang manusiawi, hanya bagaimana sikap kita menanggapinya.
Sayidina Ali r.a. pernah berkata “Aku meminta sesuatu kepada Allah, jika Allah memberinya kepadaku, aku gembira sekali saja. Namun jika Allah tidak memberinya padaku, aku gembira sepuluh kali lipat. Sebab yang pertama adalah pilihanku dan yang kedua adalah pilihan Allah.”
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menerima semua kenyataan sebagai ketentuan Allah? Sudahkah kita menerima semua yg didapat sebagai yang terbaik yang Allah berikan kepada kita?
Dimana sikap kita terhadap apa yg kita miliki, apa yg kita dapatkan dan apa yg menimpa kita dapat membawa kita kepada dua akibat. Ya… satu sebab dapat mengakibatkan dua akibat, tergantung cara kita menyikapinya.
Saya teringat pada sebuah cerita Film. Dimana ada seorang tokoh yang taat pada Agama dan Tuhannya, begitu taatnya hingga dia rela pergi berperang untuk membela agamanya.
Namun sekembalinya dari perang didapati sang istri tercinta sudah meninggal, dibunuh oleh musuhnya. Kemudian sang tokoh menghujat Tuhan, Tuhan dianggap tidak membalas apa yang telah dilakukannya dalam membela agamanya, Tuhan tidak dapat menjaga sang istri.
Rasa kecewa pada Tuhan, yang membalas perjuangannya dengan kematian sang istri. Lalu sang tokoh mengikrarkan diri sebagai seorang anti Tuhan.
Cerita diatas adalah bagaimana kekecewaan yang menjerumuskan seseorang kepada keburukan. Lain halnya jika kita baca kisah Nabi Ayub A.S
Seorang Nabi yang jelas kecintaannya, perjuangan hidupnya pada Allah S.W.T tidak diragukan lagi. Tetapi ketika suatu waktu Nabi Ayub diberikan ujian oleh Allah dengan suatu penyakit, beliau tetap bersabar. Bahkan ketika sang istri meminta Nabi Ayub untuk berdo’a meminta kesembuhan, Nabi Ayub mengatakan malu untuk meminta kepada Allah karena selama ini lebih banyak sehat daripada sakitnya.
Bagaimana sikap kita dalam menghadapi kekecewaan? Apakah kekecewaan membuat kita menyalahkan takdir? Menyalahkan Allah? Atau mengintrospeksi diri dan menambah keimanan kita terhadap Allah?
Sudahkah kita mengkomparasi kekecewaan dengan nikmat yang diberikan? Sudahkah kita mengkomparasi banyaknya yang kita minta dan tidak diberi dengan apa yang tidak kita minta tapi terus kita dapatkan?
Semoga kita dapat terus memperbaiki diri dalam menyikapi kekecewaan, Aamiin… (ar)


sumur : http://kampungqurancikarang.com
"Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu"