Jumat, 29 Mei 2015

Catatan 30 Mei 2015

Menjauhlah,
aku ingin dekat dekat dengan kesepian

karena
aku mem-puasa-kan diriku atasmu
aku ciptakan jarak yang begitu jauh antara aku dan kamu,
aku puasakan atas inginku selalu berpautan denganmu,mengga
ndengmu,menggendongmu,naik becak berdua denganmu dan bayang bayangmu selalu

aku ciptakan ruang-ruang dihati,aku puasakan dari luasnya hatiku untuk menyambut dan mendekapmu,

aku ciptakan pesakitan pesakitan atas kedamaian yang menjadi inginku dan inginmu

aku puasakan jasadku atas kemudahan kemudahan untuk terus menggapaimu

hingga ketika waktu berlalu

puasaku atasmu
menjadi jawaban dari soal yang tak terlahir

mana mungkin bisa kuciptakan jarak antara aku dan kamu . .?
ketika setiap ruang waktuku oleh karenamu

mana mungkin aku ciptakan ruang ruang dihatiku kalau hati itu masih dalam genggaman jari2 manismu . .?

mana mungkin aku ciptakan pesakitan pesakitan yang diiringi kesulitan kesulitanku kal;au semua itu membuatku terus mengerti arti hadirmu . .?

tak mengerti kah kau kebohongan kebohonganku untukmu . . .?

Selasa, 26 Mei 2015

Halal Maling, Halal Dholim

Dari sisi ideologi lingkaran-lingkaran maiyah menawarkan dan menyebarkan independensi, karena pohon nasionalisme hanya bisa subur di atas tanah independensi. Nasionalisme layu, rontok dan ambruk jika ditanam di atas tanah primordialisme, fanatisme golongan, pembelaan buta kepada kelompok sendiri.
Megawati bukan lagi Ketua PDIP, melainkan pemimpin seluruh rakyat. Kalau dia sangat jenius dan memiliki tingkat kearifan dan kenegarawanan yang mumpuni, silahkan dia pakai kostum dobel - sebagai ketua parpol dan presiden sekaligus. Amin Rais lebih berat lagi: memimpin PAN sangat gampang dibanding memanggul amanat kerakyatan yang kadar otoritasnya di atas level presiden. Apalagi tingkat sakit hati dan sakit jiwa bangsa Indonesia sedemikian kompleksnya. Amin punya mutu mendekati Wali atau Nabi sehingga berani menjadi ketua partai sekaligus ketua MPR, tapi kita orang-orang bodoh se-Indonesia tidak sanggup merumuskan bagaimana menanggapi hal-hal semacam itu.
Teman-teman di DPR pusat maupun daerah begitu terpilih di Pemilu, sudah bukan wakil parpol lagi, melainkan wakil rakyat secara keseluruhan, secara substansi dan aspirasi - sebab Pemilu hanya metoda teknis untuk memilih wakil. Tetapi begitu bertugas di dewan perwakilan, kara 'rakyat' di DPR jangan diganti dengan nama partai. Sehingga tak ada Fraksi PDIP, Fraksi Reformasi atau apapun, sebab hanya ada Perwakilan Rakyat: fraksinya tidak lagi berdasarkan pengelompokan subjek, melainkan berdasarkan identifikasi permasalahan dan tema yang diurus oleh tugas-tugas perwakilan mereka.
Tradisi indenpendensi dalam maiyahan mendidik kebiasaan untuk bersikap independen. Dasarnya dari cara berpikir yang obyektif, diperkuat oleh kebersihan hati (maka selalu dilantunkan lagu-lagu yang sehat), cara memandang persoalan yang adil. Di dalam maiyah tidak diperkenankan (oleh moral bersama) di mana seseorang memandang seseorang pasti benar dan baik karena dia segolongan separtai dan masih Oom sendiri. Atau seseorang yang lain selalu salah dan jelek karena tidak segolongan. Tidak bisa kita menjunjung tokoh yang karena kita takdzim kepadanya maka beliau halal maling, halal dholim, halal melakukan dan omong apa saja dan kita selalu benarkan.
Dulu kita kompak melawan Orde Baru dan selalu ngumpul sangat banyak orang karena kita punya satu musuh bersama, misalnya bernama Suharto. Setelah Suharto jatuh, kita tidak bisa kompak lagi karena sesungguhnya yang kita musuhi ternyata bukan Suharto. Yang kita musuhi adalah peluang-peluang sejarah Suharto kok tidak berada pada diri kita dan golongan kita. Mestinya jangan Suharto yang berkuasa dan kaya, cocoknya saya yang berkuasa dan kaya.
Setiap orang memendam kata-kata semacam itu di lubuk hatinya, dan kemudian menjadi dasar ideologi pendirian partai-partai - sehingga kita kehilangan kekompakan. Setiap kita menjadi Suharto. Kalau kita pribadi nggak mampu jadi Suharto, ya Gus Dur kita Suhartokan, tetangga kita menSuhartokan Megawati atau Amin Rais atau siapa saja - dan masing-masing kita menjadi Golkarnya, Pemuda Pancasilanya, sambil royokan menjadi Tommy-nya.
Kalau tidak mampu jadi Suharto level-level penting, ya yang penting bisa ikut. Tak bisa ngrampok, ya ngemis. Asalkan pandai membungkusnya dengan bahasa reformasi, ditambah ayat-ayat, hadits dan kata-kata mutiara, serta rajin naik haji. Yang kita maksudkan dengan Suharto bukanlah orang jahat: Suharto adalah siapa saja yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi dan golongan kita

Sudah Bukan Diriku

Kalau aku sudah bukan diriku
Akankah lahir anakku yang berasal dari dirinya
Kalau manusia sudah tak sepenuhnya manusia
Adakah cara agar penerusnya kembali manusia

Kalau aku sudah hilang
Karena diriku digantikan
Oleh diri seragam produksi massal
Yang mana dari nilai-nilai yang masih mungkin tertinggal

Bangsaku sudah bukan bangsaku
Bangsaku bukan bangsa yang tumbuh
dari dalam diri kebangsaannya
Bangsaku hanya bahan dasar alam
Sebagaimana batubara yang ditambang
Dicetak oleh industri globalisasi
Dijadikan plastik dan robot barang dagangan
Pemerintahku adalah anjing herder
Pikirannya dikendalikan oleh stick holder

Merahkah ini hijaukah itu
Baikkah ini burukkah itu
Ditentukan tidak berdasar nurani dan akalmu
Karena sudah ada paket makro untuk itu

Mana maju mana mundur
Apa yang mulia apa yang hina
Siapa Nabi siapa teroris
Bukan hak kemanusiaanmu untuk menentukan

Bumi mengecil seukuran bola golf
Diambil dipukul diambil dibuang atau dikeranjang-sampahkan
Bangsaku terdaftar sebagai pelacur unggul tergolek di ranjang
Disetubuhi kapan saja Mr. Global Stick Holder menghendaki

Sekujur badan disemprot parfum demokrasi
Dihibur dengan lagu dusta tentang hak asasi
Mata dipejamkan ditiup dengan hawa toleransi
Mulut dingangakan, siap dituangi sperma globalisasi
Tetapi bangsaku tak kehilangan dirinya
Karena generasi yang ini sejak lahir memang sudah bukan dirinya

Hujan turun terlalu deras
Hujan ludah dan air liur para raksasa
Manusia dan negara dipersatukan oleh banjir
Dunia menyempit, menjadi sebuah bendungan

Bendungan itu
Bernama globalisasi
Hujan turun terlalu deras
Banjir global masuk sampai ke kamar pribadi
Menelusup sampai ke ulu hati
Bahkan otak sampai terbungkus oleh kerak tahi besi

Di manakah, dalam banjir itu, manusiamu?

Tak ada kegelisahan apapun atas hilangnya diri
Tak ada ketakjuban atas punahnya nilai

Apakah wajah yang kau temukan di kaca itu
benar wajah manusia

Sebab pada semuanya yang lebih menonjol
adalah tanda-tanda kehewanan
Yang lebih rajin muncul
adalah indikator kebinatangan
politik keserakahan
mobilisasi pelampiasan
ekonomi keborosan
globalisasi pemusnahan kemanusiaan
peruntuhan nilai-nilai batin
seluruh permukaan bumi sedang dirancang
menjadi hamparan lapangan golf
di mana para juragan global dengan stik-stik mewah
membidik dan melempar bola-bola golf
yang terbuat dari kepala-kepala manusia

Dan kalau engkau bertanya tentang aku
dengarlah pertanyaanmu itu kujawab
dengan penuh kebanggaan:
Aku adalah setan!
Aku adalah setan, yang riwayatku
ditulis oleh Tuhan sendiri di kitab suciNya
bahwa puncak sikapku adalah pernyataan suci
bahwa sesungguhnya aku takut kepada Allah
Apakah manusia takut kepada Tuhan?
Apakah bagi manusia, Tuhan cukup penting?
Tuhan tergeletak di belakang tumit setiap orang
Tuhan bukan subyek yang disertakan
dalam proses pengambilan keputusan

Kalau bangsa ini semakin tak memenuhi syarat untuk disebut bangsa
Kalau manusia kita semakin tak pantas disebut manusia
Adakah cara agar penerus kita kembali manusia?

(Emha Ainun Nadjib)

Senin, 04 Mei 2015

Catatan 05 Mei 2015

https://celoteh4ti.files.wordpress.com/2014/01/matahari.jpg?w=620&h=465Pagi hari
ketika bola api bulat mengintip dari awang-awang
secerca silaunya menembus jaket tebalku
ketika aku duduk didepan "kontrakan" menikmati syahdunya secangkir teh manis
pelan dan perlahan rasa dingin memudar menjadi kehangatan bertubi tubi
aku hembuskan nafas syukur dan doa harapan
tidak ada kepalsuan pagi ini
diam
diam
dan hanya diam yang sedikit mampu mewakili hadirku
membiaskan satu kata menjadi barisan petuah yang sarat makna
luruh jiwa di hiasi celoteh burung burung dan candaan para ayam jantan dengan "kukuruyuk" nya

Tuhan
terimakasih ketika pagi ini masih kau bangunkan aku
dengan beberapa tugas yang ENGKAU berikan
dengan beberapa lakon drama yang mesti aku perankan

Aku,lukaku dan lika liku hidup yang sepenuhnya ada di tanganMU
aku masih terlalu manja dengan Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang menjadi sifatMU
Maka ya Tuhanku
Jangan sedetik pun
jangan Seperjuta detikpun engkau membiarkan aku tak mengingatMU
karena sesungguhnya aku sudah sangat rindu
aku sudah terlalu rindu
sehingga aku temukan slalu Engkau disetiap waktuku
disetiap tempat
setiap sudut
setiap gang
setiap jalan becek dan aspal yang aku susuri
aku temukan Kau ketika angin berhembus,
ketika telingaku menangkap suara pun aku berharap itu suaraMU
:)
Tuhan
aku rindu
izinkanlah aku untuk terus belajar menjadi kekasihMU
dan antarkanlah aku menjadi cintaMU
maka Terimalah aku
dengan peluh dosa yang Engkau terima dengan pintu ampunanMU

Tuhan . .
aku rindu padaMU
"Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu"