Rasulullah SAW telah memberikan semangat kepada
Muslimin untuk menghadang khafilah suku Quraish yang akan kembali ke
Mekkah dari Syam. Kaum Muslimin yang berjumlah 313 tidak ada niat untuk
menghadapi khafilah dagang yang hanya terdiri dari 40 lelaki, tetapi
Karena kafilah perdagangan kafir Quraisy yang di pimpin oleh Abu Sufyan
telah membawa sebagian harta orang muslim ketika mereka akan berhijrah
ke Madinah, maka Rasulullah SAW menyuruh mencegatnya. Khafilah dagang
itu lolos, tetapi Abu Sufyan telah menghantar pesan kepada kaumnya suku
Quraish untuk datang dan menyelamatkannya. Kaum Quraish maju dengan
pasukan besar yang berjumlah 1000 orang.
Rasulullah membentuk regu pengintai untuk meyelidiki jalur yang
ditempuh kafilah dagang Quraisy. Pasukan kafir Quraisy yang mengawal
kafilah mereka telah menuju desa Badar. Hal itu segera di laporkan
kepada Rasulullah. Maka Rasulullah segera mengadakan musyawarah dengan
para sahabat dan di sepakati bahwa pasukan muslim harus segra di
berangkatkan menuju desa Badar untuk menyongsong kedatangan pasukan
kafir Quraisy.
Pasukan Islam berkemah dekat sumber air di desa Badar, sehingga
dapat dengan mudah mengahadang pasukan kafir Quraisy dan mencegah mereka
untuk menambil perbekalan air bagi pasukannya. Tidak lama kemudian
pasukan kafir Quraisy tiba di tempat yang sama dengan segala
perlengkapannya. Maka perang pun tak dapat di hindari.
Sebelum perang massal terjadi, terlebih dahulu pasukan Quraisy
menantang perang tanding satu lawa satu. Dengan semangat jihad yang
tinggi, pasukan Islam segera meminta izin kepada Rasulullah untuk
menerima tantangan pasukan kafir. Rasul mengizinkan dan mengutus tiga
orang perwiranya yang gagah perkasa, pemberani, dan angat kuat imannya,
yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, dan Ubaid bin
Haritsah. Sedangkan dari pihak kafir Quraisy mengutus perwiranya, yaitu
Utba bin Rabia, Syaiba, saudaranya Utba, dan Walid bin Utba (anaknya).
Perang tanding pun dimulai. Hanya dalam hitungan detik, Hamzah bin
Abdul Muthalib dapat menebas leher Syaiba hingga tewas. Begitu juga Ali
bin Abi Thalib dapat membunuh Walid bin Utbah dengan sekejap. Ubaidillah
bin Haritsah nampak saling melukai dengan Utba. Ketika Ubaidillah
terdesak, Hamzah bin Abdul Muthalib segera membatu Ubaidillah menebaskan
pedangnya ke leher Utba hingga tewas.
Menyaksikan perwiranya terbunuh, Abu Sufyan segera menyerukan
komandonya untuk menyerang kaum muslimin. Sedangkan di pihak muslim,
Rasulullah masih tampak khawatir melihat pasukan musuh yang begitu besar
jumlahnya. Namun Allah SWT tidak akan membiarkan utusannya dalam
kecemasan, maka segeralah turun wahyu untuk meyakinkan hati Nabi
Muhammad.
“Wahai Nabi (Muhammad) Kobarkanlah semangat para mukmin untuk
berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya
mereka dapat mengalahkan du ratus orang musuh. Dan jika ada seratus
orang (yang sabar) diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan
seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak
mengerti.” (QS. Al-Anfal: 65)
Setelah mendapat wahyu tersebut, Nabi Muhammad segara mengobarkan
semangat jihad kepada pasukan Islam yang telah siaga menunggu perintah
dari beliau. Tidak ada sedikit pun perasaan takut dan bimbang dalam hati
pasukan muslim, sebaliknya jiwa mereka dipenuh dengan semangat jihad
membela agama Allah dan Rasul-Nya.
Mendengar komando Rasulullah SAW pasukan Islam segera berhamburan
ke medan perang dengan gagah perkasa. Puluhan musuh terbunuh oleh
sabetan pedang Hamzah bin Abdul Muthalib, puluhan lainnya tewas di
tangan Ali bin Abi Thalib. Sa’ad bin Abi Waqas sahabat senior, ahli
pembidik panah mendengar seruan Nabi: “Bidikkan anak panahmu hai Sa’ad.
Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu.” Sa’ad teringan do’a Nabi kepadanya
pada saat baru masuk Islam: “Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya dan
kabulkan do’anya”. Maka menggeloralah semangat juang Sa’ad seketika,
hampir tidak ada anak panah yang di lepasanya tanpa menewaskan musuh
yang menjadi sasarannya.
Nabi sendiri tidak hanya mengomando. Beliau juga menyongsong musuh
sambil menaburkan debu ke arah musuh seraya berkata: “Hitamlah wajahmu!”
Pasukan Islam terus berjuang dengan penuh semangat untuk membela dan
mempertahankan agama Islam. Rasulullah SAW juga terus menyemangati
pasukannya dengan berulang-ulang membacakan ayat Al-Qur’an Surat
Al-Anfal ayat 12, “Kelak akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati
orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah
tiap-tiap ujung jari mereka”.
http://www.islamedia.co/2014/06/yuk-kembali-membaca-sejarah-tentang.html